Warisan Desa Pasuruhan: Sejarah, Perkembangan Ekonomi, Dan Pelestarian Budaya

Sejarah Desa Pasuruhan

Desa Pasuruhan sudah ada sejak tahun 1800, pada masa penjajahan Belanda. Nama desa ini berasal dari kata "pasirihan," yang berarti daun sirih. Dahulu, desa ini dikenal sebagai gudang daun sirih, sehingga nama "pasirihan" diambil menjadi Pasuruhan. Di desa ini, terdapat seorang tokoh masyarakat bernama Mbah Dayu yang dikenal sebagai salah satu pendiri Desa Pasuruhan.

Pembentukan dan Berbagai Nama Dusun di Desa Pasuruhan

Pembentukan dan penamaan dusun-dusun di Desa Pasuruhan memiliki cerita menarik yang saling berkaitan.

1. Dusun Papringan

Dusun Papringan, awalnya bukan bagian dari Desa Pasuruhan dan berada di sekitar Desa Bulu. Menurut cerita masyarakat, dusun ini dibawa oleh Mbah Juleko, seorang tokoh masyarakat, ke wilayah Desa Pasuruhan. Nama Dusun Papringan berasal dari kondisi wilayahnya yang banyak ditumbuhi masyarakat pohon bambu (dalam bahasa Jawa: pring), Sehingga menamainya dusun papringan

2. Dusun Banyuurip

Dusun Banyuurip yang mendapatkan namanya dari kondisi wilayahnya yang memiliki sumber air yang mengalir dari Pegunungan Sumbing. Kata "Banyuurip" berarti "air yang mengalir," dan salah satu tokoh pendiri dusun ini adalah Mbah Pandanaran.

3.Dusun Sosoran

Dusun Sosoran mendapatkan namanya dari kondisi tanahnya yang dahulu terus bergerak ke bawah, seperti orang yang sedang merosot. Dahulu, dusun ini berada jauh di atas, di sekitar kaki Gunung Sumbing, namun tanah di dusun tersebut menurun ke bawah seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, dusun ini dinamai Dusun Sosoran.

4.Dusun Gandon

Dusun Gandon dinamai dari istilah "belik gendhing," karena dusun ini dibatasi oleh sungai kecil dan memiliki sumber mata air bernama Sendang Kalinangka. Setiap tahun, Dusun Gandon mengadakan tradisi Merti Dusun, yang tidak hanya menjadi ajang berkumpul warga, tetapi juga memperkuat gotong royong dalam mempersiapkan acara. Tradisi ini merupakan ungkapan syukur atas berkah yang diterima, sekaligus momen untuk mempererat hubungan antarwarga melalui kegiatan bersih desa, pertunjukan seni, dan kenduri.

Perkembangan Ekonomi Desa Pasuruhan

Desa Pasuruhan mengalami perkembangan pesat akibat peralihan ekonomi di sektor pertanian. Dahulu, desa ini mengandalkan tanaman tembakau sebagai sumber mata pencaharian utama. Namun, seiring perkembangan zaman, warga desa mulai mengenal ilmu hortikultura dalam pertanian. Pergantian tanaman dari tembakau ke tanaman hortikultura membawa perubahan signifikan pada perekonomian Desa Pasuruhan. Ekonomi desa meningkat pesat akibat diversifikasi tanaman tersebut.

Cerita Rakyat dan Kepercayaan Masyarakat

Desa Pasuruhan memiliki cerita rakyat yang unik mengenai musim kemarau. Masyarakat percaya bahwa curah hujan di desa mereka berkaitan dengan kondisi cuaca di situs Tuk Budoyo, sebuah situs wisata alam dan budaya yang dianggap keramat. Air yang berasal dari Tuk Budoyo dipercaya memiliki pengaruh terhadap curah hujan di Desa Pasuruhan. Masyarakat percaya jika daerah Tuk Budoyo hujan, maka Desa Pasuruhan juga akan mengalami hujan. Kepercayaan ini masih hidup dan diyakini oleh masyarakat hingga saat ini.

Kekayaan Budaya di Desa Pasuruhan

Desa Pasuruhan memiliki kekayaan budaya yang begitu beragam dan penuh dengan nilai-nilai historis. Dahulu, desa ini dikenal dengan kuatnya pengaruh budaya Kejawen, sebuah tradisi lokal yang mendalam dan sarat makna. Namun, seiring berjalannya waktu, budaya ini mulai terkikis oleh pesatnya perkembangan agama Islam di desa tersebut.

Kesenian Tradisional: Dari Kunthulan hingga Debus yang Menantang

Salah satu kesenian Jawa yang pernah sangat populer di Desa Pasuruhan adalah Kunthulan, sebuah bentuk seni yang menggambarkan keindahan dan kekayaan budaya lokal. Selain itu, sejak zaman kolonial, desa ini juga sudah mengenal kesenian drumband, yang menambah keragaman budaya dan hiburan bagi masyarakat.

Pada masa lalu, Desa Pasuruhan juga terkenal dengan pertunjukan seni debus, yang dikenal di sini dengan nama standen. Standen adalah sebuah pertunjukan yang menunjukkan kekuatan fisik pemainnya dalam menghadapi senjata tajam dan benda keras, memberikan hiburan yang memukau bagi para penonton. Namun, seiring berjalannya waktu, akulturasi antara budaya lokal dan agama membuat seni debus ini mulai ditinggalkan.

Tradisi Spiritual: Zanzanen, Merti Dusun, dan Muslimatan

Tradisi lain yang masih melekat di Desa Pasuruhan adalah Zanzanen atau Sholawatan Jawa. Tradisi ini berisi lantunan pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang diiringi musik perkusi tradisional. Meski alat musik tradisional kini mulai digantikan dengan alat musik modern, esensi dan semangat dari tradisi ini masih tetap terjaga, terutama di kalangan orang tua desa.

Budaya Merti Dusun juga menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Desa Pasuruhan. Tradisi ini dilakukan sebelum bulan Ramadhan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang telah membangun desa. Melalui doa-doa yang dipanjatkan, masyarakat mengungkapkan rasa terima kasih mereka atas berkah yang diberikan oleh para leluhur.

Muslimatan adalah kegiatan pengajian yang diadakan pada bulan Muharram dan diikuti oleh seluruh masyarakat desa, terutama kaum pemuda yang menunjukkan antusiasme tinggi terhadap kegiatan budaya. Selain itu, setiap tahun selama dua belas hari di bulan Maulid Nabi, Desa Pasuruhan melaksanakan tradisi Sholawat Berjanji secara massal. Puncak kegiatan ini dilaksanakan pada hari terakhir di siang hari, menunjukkan betapa tingginya rasa cinta dan hormat masyarakat terhadap Nabi Muhammad SAW.

Dengan berbagai tradisi dan budaya yang masih dijaga hingga kini, Desa Pasuruhan menjadi cermin kekayaan budaya yang beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan akar sejarahnya. Keberagaman ini memperlihatkan bagaimana masyarakat desa mampu merangkul perubahan sambil tetap mempertahankan identitas budaya mereka.

Kata Penutup

Desa Pasuruhan adalah contoh nyata dari bagaimana sejarah, ekonomi, sosial, dan budaya saling berinteraksi dan membentuk karakter sebuah komunitas. Melalui perjalanan panjang sejak masa kolonial hingga era modern, Desa Pasuruhan telah menunjukkan kemampuan beradaptasi dan bertahan yang luar biasa. Transformasi ekonomi dari pertanian tradisional menuju diversifikasi tanaman hortikultura telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, dinamika sosial dan budaya yang kaya mencerminkan keberagaman dan kekayaan warisan budaya lokal yang terus dijaga dan dilestarikan.

Kepercayaan dan cerita rakyat yang masih hidup di tengah masyarakat Desa Pasuruhan menunjukkan betapa pentingnya tradisi dalam menjaga identitas dan kohesi sosial. Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai pengingat masa lalu tetapi juga sebagai panduan moral dan sosial bagi generasi yang akan datang.

Studi tentang Desa Pasuruhan memberikan wawasan berharga mengenai bagaimana desa-desa di Indonesia dapat berkembang dan beradaptasi tanpa kehilangan jati diri mereka. Ini juga menyoroti pentingnya pendekatan yang inklusif dan responsif dalam perumusan kebijakan pembangunan desa, yang harus mempertimbangkan kekayaan sejarah dan budaya lokal.

Dengan demikian, Desa Pasuruhan bukan hanya sekadar sebuah entitas geografis tetapi juga simbol dari kekuatan dan ketahanan masyarakat desa Indonesia. Melalui pemahaman mendalam tentang perjalanan dan perkembangan desa ini, kita dapat belajar banyak tentang keberlanjutan dan pembangunan yang menghargai nilai-nilai lokal. Ini adalah pelajaran penting bagi kita semua dalam upaya membangun masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.

chat
chat